Seingat saya tahun 2009 bertempat di Kusuma Sahid Hotel Solo, saya diundang kegiatan Dialog Kebangsaan oleh DPD KNPI Jawa Tengah. Sebagai salah satu nara sumber, saya duduk disamping Saifullah Yusuf (Gus Ipul) Ketua Umum GP Anshor 2000-2010. Oleh DPD KNPI Jateng, saya diminta mewakili unsur Angkatan Muda Muhammadiyah.
Alkisah sampailah pada closing statement dari setiap nara sumber yang tampil di depan, masing-masing diberi waktu 3 menit. Seperti biasa kita lihat dalam debat kandidat Capres dan Cawapres atau Cagub-Cawagub. Kebetulan saya kebagian yang terakhir setelah Gus Ipul.
Mengakhiri closing statement saya mengucapkan “Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq” (Allah adalah Dzat Pemberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya). Baru saya pungkasi dengan Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu. Sebuah kalimat yang lazim digunakan oleh warga NU.
Sebelum moderator menutup acara dialog, Gus Ipul tiba-tiba memegang mik : “Sebentar moderator, karena Gus Hafidh sudah memakai wallahul muwaffiq maka saya akan minta kyai NU untuk membuat lagi yang baru”. Sontak hadirin pada tersenyum dan tertawa. Gus Ipul melanjutkan : “Dulu warga NU biasa memakai Billahit taufiq wal hidayah. Setelah banyak dipakai warga Muhammadiyah kemudian warga Nahdhiyin memakai Wallahul Muwaffiq”. Hadirinpun tepuk tangan semua.
Diksi, narasi, kata-kata atau kalimat penutup –memakai bahasa Arab, Indonesia, Jawa, dll.– yang biasa digunakan seorang pembicara, nara sumber, mubaligh dan pemimpin seringkali menunjukkan “budaya keagamaan” atau identitas sebuah komunitas. Saya pernah menjumpai seorang Sekda Pemerintah Provinsi di luar Jawa mengucapkan “Nun walqalami wama yasthurun” dalam sebuah sambutan resmi yang kami ikuti. Setelah seremonial selesai, saya dekati Sekda itu dan langsung saya tanya “Kapan bapak aktif di IPM dan di Daerah-Wilayah mana?”.
KH. Abdul Hamid Kendal
KH. Ahmad Abdul Hamid adalah salah satu ulama kharismatik di Jawa Tengah. Umat biasa memanggilnya Kyai Abdul Hamid. Kiprah Beliau di NU mulai Rais Syuriah PCNU Kendal, Wakil Rais Syuriah PWNU Jateng hingga Mustasyar PBNU. Kyai Abdul Hamid adalah Imam Masjid Agung Kendal dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah. Rumahnya di sebelah barat komplek perkantoran PD Muhammadiyah Kendal saat ini.
Sebelum menciptakan kalimat Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq, Kyai Abdul Hamid telah menciptakan istilah “Billahit Taufiq wal Hidayah” (Allah adalah Dzat Pemberi petunjuk Taufik dan Hidayah). Namun setelah istilah Billahit Taufiq wal Hidayah lazim digunakan oleh hampir semua kalangan umat Islam, juga pejabat dan warga Muhammadiyah, maka Kyai menciptakan narasi Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq yang hingga kini jamak digunakan kalangan warga NU.
Apa yang disampaikan Gus Ipul saat kami tampil satu panggung tahun 2009, sepertinya belum kesampaian. Mengingat ustadz, da’i maupun mubaligh Muhammadiyah masih “asing” melafadzkan kalimat Wallahul Muaffiq sebagai kalimat penutup sambutan atau saat mengisi pengajian. Sependek pengamatan saya, sekarang banyak Pimpinan, kader dan mubaligh Muhammadiyah biasa menggunakan “Nashrun minallahi wa fathun qarib wa basyiril mu’minin” (Pertolongan datang dari Alah dan kemenangan itu sudah dekat, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman).
Selain menciptakan 2 istilah yang populer di kalangan umat Islam, Kyai Abdul Hamid juga produktif menulis kitab (buku) yang umumnya ditulis dalam huruf “pegon” (bahasa Jawa dengan tulisan huruf Arab). Salah satu karyanya yang fenomenal yaitu Ihyau Amalil Fudlala’ fi Tarjamati Muqaddimatil Qanunil Asasi li-Jam’iyati Nahdhatil Ulama. Sebuah kitab terjemahan dari Qanun Asasi karya Hadlratus Syeikh KH. Hasyim Asyari.
KH. Ahmad Abdul Hamid wafat pada tanggal 14 Februari 1998 M, bertepatan dengan 16 Syawal 1418 H. Saya bersyukur bisa bersahabat dengan salah satu putranya, Abdul Salam. Aktivis GP Anshor, purna bakti ASN Pemkab Kendal dan pernah bersama menjadi Pengurus DPD KNPI Kabupaten Kendal. Betapapun istilah (narasi, diksi) yang baik semacam “Billahit Taufiq wal Hidayah” dan “Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq” yang Kyai Abdul Hamid Rahimahullah ciptakan, saya meyakini menjadi modal Shodaqah Jariyah (Sedekah yang Berkelanjutan) untuk menggapai Surga Firdaus Jannatun Naim. Al-Fatihah…Amien.
Tegalmulyo, 15 Oktober 2024