Tidak terbayangkan di benak Maryam bagaimana menjelaskan kepada orang-orang, kerabat, sahabat dan keluarganya tentang bayi yang akan dikandungnya. Seorang wanita baik-baik, yang hidupnya hanya diisi dengan ibadah, dari nasab yang mulia, tetapi hamil tanpa seorang ayah. Mendung dan badai bergulung-gulung di pelupuk matanya. Maryam tahu persis kegegeran dan keguncangan apa yang akan dihadapinya.
Atas bimbingan wahyu, Maryam mengasingkan diri ke tempat yang jauh. Ingin rasanya ia menghilangkan diri, kalau bisa ditelan bumi. Bahkan ketika rasa sakit mulai terasa semakin bertambah, terucap keinginan untuk mati saja. “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS. Maryam: 23).
Dalam kegalauan yang memuncak, Allah berikan solusi. Diam. Dengan tidak menjawab semua pertanyaan dan caci maki yang akan muncul. Betul saja, kedatangan Maryam dengan bayi Isa a.s. dihujani pertanyaan dan caci maki. “Bagaimana bisa Anda membawa aib yang hina ini. Sementara ayah dan ibumu orang baik-baik. Ibumu juga bukan pelacur.” Maryam hanya diam dan menunjuk kepada bayinya. Atas izin Allah bayi Isa berbicara kepada Bani Israel.
Saya belajar dari kisah Maryam dalam menghadapi masalah. Apalagi berkaitan dengan fitnah dan tuduhan. Orang yang menilai kita pada dasar hanya tahu kulitnya. Hanya melihat apa yang nampak di mata. Padahal kebanyakan yang tampak tidak menunjukkan aslinya.
Saat Mario Teguh mendapat badai masalah, saya melihat beliau sangat bijak menyelesaikan. Cukup tenang tanpa berusaha untuk membela diri. Beliau lebih banyak diam dan memilih untuk mundur dari dunia yang membesarkannya selama ini. Menarik apa yang dikutip saat wawancara terakhir di salah satu stasiun TV, “Tidak terlalu perlu menjelaskan kepada orang-orang yang mencintaimu, karena mereka akan tetap mencinta. Begitu pula tidak terlalu urgen menjelaskan kepada pembenci, karena mereka tetap akan membenci.” Bisa jadi, semakin dijelaskan semakin rumit. Jelaskan secukupnya lalu diam.
Dalam ritual haji, wukuf adalah rukun haji. Wukuf adalah berdiam diri, merenung dan bermuhasabah. Berdoa, dan berdzikir mengingat Allah, Tuhan semesta alam. Di dalam diam ada ketenangan. Di dalam diam ada kesadaran diri. Oleh karena itu, Rasulullah mengajak kita untuk diam daripada berbicara tanpa makna.
Penulis: Syahrul*
*Guru AIK SMP Muhammadiyah 2 Sawangan, penulis buku, Indahnya Hidup bersama Allah, dan buku-buku motivasainnya.