SURYAGEMILANGNEWS.COM, MAGELANG – Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah sukses gelar Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) dan Silaturrahmi Forum Demokrasi (Fordem) Berkemajuan Jawa Tengah. Pertemuan tersebut merupakan momentum untuk merefleksi seberapa jauh Muhammadiyah berperan dan berkontribusi dalam kontestasi politik dan kekuasaan di Indonesia khususnya Jawa Tengah.
Kegiatan tersebut mengangkat tema “Meneguhkan Kader Bangsa Yang Berkeadaban Di Berbagai Lapangan Kehidupan Kebangsaan. Berlangsung selama 2 hari pada 4-5 Desember 2021 dan dihadiri oleh perwakilan LHKP di masing-masing daerah.
Hadir memberikan sambutan dan pengarahan, Ketua PWM Jawa Tengah Drs H Tafsir, MAg, menekankan pentingnya politik kekuasaan. Ia mengatakan bahwa dakwah Islam tidak mungkin lancar tanpa adanya dukungan politik, ekonomi, dan kultur.
“Betapa pentingnya kekuasaan bagi dakwah islamisasi, itulah mengapa Nabi Muhammad berdoa bagaimana beliau juga agar memperoleh kekuasaan,” tuturnya pada Sabtu, (4/12/21).
Tafsir mencontohkan mengenai fenomena hijrah Nabi Muhammadi. Menurutnya, hal itu tidak semata-mata peristiwa agama, namun juga peristiwa politik. Oleh karena itu berdakwah dengan menggunakan kekuasaan menjadi sangat penting.
“Warga muhammadiyah harus ambil bagian bagaimana meraih kekuasaan. Jadilah Bupati, KPU, Bawaslu, Gubernur, atau Legislative yang menolong dakwah, kebenaran, dan menolong manusia. Tidak boleh abai terhadap kekuasaan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua LHKP PWM Jateng Hafidz Sirojuddin dalam sambutannya mengatakan Rakorwil dan silaturrahmi merupakan amant PWM Jateng kepada LHKP ntuk mengarus utamakan Muhammadiyah yang sejak awalnya menjadi harokah Islamiyah, dakwah, dan tajdid. Ia juga menegaskan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah artinya semua aktifitas di semua lini berorientasi pada dakwah menuju masyarakat yang baldatun thayyibatun warabbun ghofur.
Pada kepemiluan dan dunia kebangsaan, lanjut Hafidz, baik itu di KPU, Bawaslu, Ombudsman, KPAI, dan berbagai lapangan kebangsaan lainnya memang membutuhkan orang yang tangguh. Yaitu kader yang tahan banting, siap dibanting, dan siap dengan bantingan.
“Saya sepakat dengan kata Ayahanda Tafsir, bahwa dakwah dipolitik itu pahalanya lebih besar daripada dakwah di persyarikatan,” ucapnya.
Ia melanjutkan, jangan merasa menjadi orang Muhammadiyah jika belum mencapai apa yang disebut muzakki bangsa. Artinya memberikan sebagian rezeki untuk berjuang di semua aktivitas Muhammadiyah. Baik dengan atau tanpa pakta integritas apapun.
“Syahadat adalah manifestasi pakta integritas kita sebagai seorang muslim dan muhammadiyah yang tidak tertulis. Hal itu diwujudkan dalam kepribadian bagaimana muhammdiyah melahirkan tokoh-tokoh bangsa,” tuturnya.
Terakhir Hafidz berpesan jangan sampai menjadai kerikil bahkan debu yang menghalangi perjalanan bangsa ini. Ia mengajak semua komponen yang berkhidmat di kebangsaan dan keumatan untuk merapatkan shaf dan meluruskannya. Kemudian membuat jamaah, yang outputnya seperti salam dalam salat. Yakni penyebar keselamatan, kegembiraan, pencerahan bagi bangsa umat dan negara.(bal)