Suryagemilangnews.com, Lombok. Gempa bumi di Lombok NTB yang terjadi beruntun dan terbesar berkekuatan 7 SR pada hari Minggu 5 Agustus 2018, pukul 06.47 WITA mengakibatkan kerugian yang besar. Hingga 15 Agustus kemarin, dalam catatan BNPB 460 orang meninggal dunia, 7.733 luka-luka dan 417.529 lainnya mengungsi dengan kerugian ekonomi ditaksir senilai 7,45 trilyun rupiah. (BNPB, 15/8/2018)
Merespon bencana tersebut, MDMC didukung oleh Lazismu, mengerahkan 250 relawan untuk membantu warga yang terdampak gempa di kawasan Lombok Timur dan Utara Pulau Lombok, kawasan dengan kerusakan terparah. Ratusan relawan MDMC itu berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Makassar dan Bali. Penempatan para relawan tersebut di atur oleh tim posko induk MDMC yang bermarkas di kantor PWM NTB alan Soedjono No 5 Lingkar Selatan Jempong Baru, Mataram. (pwmu.co, 15/8/2018)
Naibul Umam, Ketua MDMC Jawa Tengah menyampaikan bahwa Jawa Tengah adalah wilayah yang banyak mengirim relawan ke Lombok. Mereka berasal dari berbagai daerah antara lain Banyumas, Banjarnegara, Magelang, Semarang, Jepara, Surakarta, Karanganyar dan terdiri dari tenaga medis, psikososial serta relawan umum.
MDMC Kabupaten Magelang mengirim 3 orang relawan yang saat ini ditempatkan di kawasan Kayangan, Lombok Utara, NTB. Mereka adalah Muhammad Wiyanto, Bagus Nur Salim dan Achmad Andryan dan berangkat dari Magelang Sabtu, 11 Agustus 2018. Ketiga relawan tersebut bertugas bersama para relawan MDMC dari daerah Banyumas, Banjarnegara, Sragen, Karanganyar dan saat ini sudah melaksanakan tugas awal yaitu pembuatan fasilitas MCK, pembersihan puing reruntuhan bangunan.
Berdasarkan kesaksian para relawan tersebut, kondisi lingkungan dan warga korban gempa di tempat mereka bertugas sungguh memprihatinkan. Tidak ada bangunan yang masih berdiri nyaris semua roboh, tak terkecuali tempat ibadah, sekolah dan fasilitas umum lainnya. Warga dan para relawan yang bertugas membantu mereka terpaksa harus tinggal di tenda-tenda. Para warga mendirikan tenda di sekitar tempat tinggal mereka, sementara para relawan harus “camping” di persawahan. Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya air bersih dan fasilitas listrik yang jaringannya rusak total disapu gempa sehingga terpaksa harus memakai genset. Untuk mendapatkan air yang dibilang bersih tadi para relawan harus berbagi sumber dengan hewan piaraan warga. Bahkan sampai kemarin (15/8/2018) tim medis dari RS PKU Muhammadiyah Karanganyar adakan pemeriksaan keliling untuk warga terdampak di desa Sesait dan Mendua di Kecamatan Kayangan, warga menyatakan selama ini mereka belum mendapatkan layanan medis yang layak. Kedua desa tersebut terletak di daerah terpencil dan jauh dari jangkauan, sehingga minim perhatian.
Dengan kondisi tersebut para relawan mesti bekerja keras sekedar untuk bisa bekerja dengan baik mulai dari membangun fasilitas MCK, membersihkan puing-puing reruntuhan gempa, melakukan pemeriksaan dan pengobatan medis sampai memberikan pendampingan psikososial terhadap warga agar segera pulih dari trauma mereka, terutama untuk anak-anak dan remaja. Beruntung para relawan yang dikirim tersebut adalah mereka yang sudah terlatih dan berpengalaman terjun dalam situasi bencana sehingga dengan cepat bisa beradaptasi dan membantu warga. (jap)
