SURYAGEMILANGNEWS.COM, Magelang – Hati siapa yang tidak tergerak ingin terlibat. Ketika melihat kasus kematian Covid-19 terus meningkat. Sementara fakta di lapangan, petugas pemakaman dengan standar protokol kesehatan (prokes) jumlahnya terbatas.
Fenomena inilah yang mengundang rasa prihatin. Menderap di dada para relawan Muhammadiyah. Mereka tergerak hatinya untuk ikut terlibat menanganinya.
Malam itu, 1 Juli 2021, para relawan Muhammadiyah berkumpul. Menyatukan misi sosial kemanusiaan. Mereka terdiri dari relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), pemuda Muhammadiyah yang tergabung dalam Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam), dan unsur mahasiswa Muhammadiyah.
Secara resmi, mendeklarasikan terbentuknya Tim Kamboja Muhammadiyah Covid-19 Command Center/Muhammadiyah Disaster Management Center (MCCC/MDMC) Kabupaten Magelang. Dalam perjalanan, mereka menyebut sebagai Tim Kubur Cepat (TKC) Demit Kamboja Kabupaten Magelang. Tim ini siap melayani pemakaman dengan standar prokes, di wilayah Kabupaten Magelang.
Ada lima hal yang disepakati untuk diterima menjadi Tim Kamboja. Anggota harus penuhi syarat itu. Yakni wajib sehat, ikhlas tugas tanpa upah, mendapat izin keluarga, siap dibutuhkan kapan saja, dan harus menaati standar operasional prosedur (SOP) yang sudah ditentukan.
Baru semalam dibentuk, keesokan harinya sudah mendapat panggilan mulia. Memakamkan jenazah dengan protokol kesehatan.
“Bagi Muhammadiyah Magelang, memang sudah seharusnya mempunyai tim ini, karena warganya tidak sedikit yang terpapar,” ungkap Koordinator Umum Tim Kamboja MCCC/MDMC Kabupaten Magelang Sapari.
Anggota Tim Kamboja ini mayoritas pekerja, wirausaha, dan tercatat sebagai mahasiswa. Tapi hal itu tidak melunturkan tekad mereka untuk terus berjuang. Malahan menjadi cambuk. Semangatnya terus berkobar. Tidak heran, jika anggotanya tiap hari bertambah. Saat ini sudah lebih dari 34 relawan. Merata di tiap kecamatan, ada perwakilannya.
“Dengan kondisi tersebut, maka menjadi tantangan tersendiri ketika waktu pemakaman bersamaan dengan jam kerja,” imbuh Sapari.
Pihaknya hanya bisa menurunkan satu tim saat bertugas. Itupun masih dibatasi frekuensi tugasnya. Supaya tidak kelelahan. “Saat ini paling banyak kami melayani dua kali pemakaman dalam sehari. Sebagai tim yang baru berumur kurang dari dua pekan, masih banyak yang harus kami siapkan baik dari sisi peralatan, kapasitas SDM, SOP dan manajerial tim,” bebernya.
Tiap kali pemakaman, dibutuhkan 8-10 personil. Mereka dibagi tugas. Dua orang membantu proses persiapan, dan delapan orang lainnya memakai alat pelindung diri (APD) level 3. Terdiri dari hazmat atau coverall, kacamata google, pelindung wajah, masker berlapis, sarung tangan, dan sepatu boots.
Koordinator lapangan Tim Kamboja Kabupaten Magelang Tri Susanto menambahkan, pihaknya siap menerjunkan tambahan relawan. Khususnya, jika masih diperlukan pelayanan mobil ambulans dari MDMC.
“Ada dua driver ambulans yang siap membantu. Dan kami juga punya tim pemulasaraan jenazah Covid-19,” beber pria yang beken dengan nama Pencok itu.
Timnya siaga. Begitu ada panggilan masuk, langsung bergegas menuju lokasi titik kumpul (tikum). Di sinilah, Tim Kamboja mempersiapkan diri, sebelum bertempur. Setelah semua APD terpakai, giliran tim pemeriksa kelengkapan peralatan bertugas.
Mereka akan mengecek kelayakan APD. Meneliti, agar tidak ada celah masuknya virus ke tubuh relawan. Tiap sambungan, dilakban.
Setelah satu jam persiapan, Tim Kamboja berjalan menuju lokasi penurunan jenazah dari mobil ambulans.
Begitu mobil ambulans itu berhenti, Tim Kamboja mengambil posisi untuk salat jenazah. Setelah rangkaian salat, dan doa selesai, baru lah jenazah itu diturunkan.
Sepanjang jalan menuju pemakaman, satu personil Tim Kamboja menyemprotkan cairan disinfektan. Sterilisasi ini dilakukan sampai proses pemakaman berkahir. Lalu, APD yang telah dipakai relawan itu diserahkan kepada petugas Puskesmas untuk dimusnahkan.
“APD ini sekali pakai,” imbuh Pencok.
Untuk membelinya, anggota Tim Kamboja patungan. Kemudian dibantu donatur, dan LazisMu. “Untuk sekali pemakaman kami membutuhkan anggaran sekitar Rp 600 ribu,” tuturnya.
Meski biaya itu cukup besar, kata Pencok, keluarga yang berduka tidak ditarik biaya. Semua pelayan ini gratis. “Kami memang ingin membantu, dan meringankan beban keluarga yang berduka,” imbuhnya.
Pencok juga menyebut, selama pemakaman, pihaknya didampingi TNI, dan Polri. Namun demikian, pemakaman tetap terasa sepi. Anggota keluarga yang berduka tidak diizinkan mendekat. Apalagi pelayat.
“Semua ini demi keselamatan kesehatan,” ungkapnya.
Sampai saat ini, Tim Kamboja sudah melaksanakan 10 kali pemakaman. Paling malam pukul 23.00. (vanya)