SURYAGEMILANGNEWS.COM, MAGELANG – Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MPI PDM) Kabupaten Magelang menyelenggarakan Webinar Pelatihan Dasar Jurnalistik, diikuti oleh 80 peserta, hari ini (21/08). Narasumber pelatihan adalah wartawan dari Jawa Pos Radar Semarang, Puput Puspitasari.
Kegiatan tersebut diselenggarakan mengingat peran media informasi di era digital sangat luar biasa, kemudian tingkat konsumsi informasi masyarakat yang meningkat, dan melihat potensi berita di masing-masing Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) khususnya di Kabupaten Magelang yang membutuhkan publikasi yang masif.
“Tujuannya untuk memperkuat dan memperbesar syiar Muhammadiyah, dan ini membutuhkan peran para kader,” ucap Affan Rifa’i selaku Ketua MPI PDM Kabupaten Magelang.
Ia juga mengajak kebiasaan orang yang menulis status dan share berita di medsos, sudah saatnya berubah untuk menyusun berita yang dapat diakses, dibaca, dan utamanya mampu memasang jejak digital di media sosial.
Affan menyayangkan berdasarkan pengalaman saat terjadi suatu bencana yang hanya mempublikasi hal kecil sedang yang lebih besar tidak terekspos.
“Hal kecil akan menjadi besar ketika peran media luas, tapi hal yang besar tidak akan pernah diketahui jika tidak di sebarluaskan,” imbuhnya.
Ketua PDM Kabupaten Magelang Jumari dalam sambutannya berpesan kepada seluruh peserta untuk selalu berpegang pada Q.S. Az-Zumar ayat 18 yang memuat prinsip jurnalisme yaitu terbuka dan kritis.
“Terbuka dalam menerima segala informasi, dikritisi, lalu dipilah dan dipilih. Itu berlaku untuk subjek dan objek jurnalisme,” jelasnya.
Jumari mengajak kepada kader yang sejak awal mempunyai kepedulian dalam persoalan kepustakaan, informasi, dan penerbitan untuk berkontribusi menulis.
“Persoalannya tidak semua orang minat. Kalau ngomong bisa, tapi untuk menulis menurut kaidah jurnalistik mengalami kesulitan,” imbuhnya.
Jumari berharap memiliki sosok jurnalis yang sesuai dengan karakter Rasulullah, yaitu Shidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah (SATF).
Kejujuran harus dipegang teguh, tidak boleh memberitakan kebohongan. Amanah berarti bertanggung jawab terhadap apa yang ditulis dan dipublikasikan. Tabligh itu komunikatif, bisa berkomunikasi melalui media tulis dan media audio visual.
Sedangkan, fathonah adalah cepat dan tepat dalam mensikapi madalah dan peka terhadap dinamika. kecerdasan yang berlandaskan kejujuran itulah mempunyai nilai kebaikan.
“kepentingan jurnalisme dakwah muhammadiyah itu tetap harus dibina dan dilangsungkan secara terus menerus,” pungkas Jumari.
Dalam pemaparan materi, Puput mengajak para peserta mengenal lebih dalam tentang dunia jurnalistik. Alasan mengapa perlu menulis, membuat produk jurnalistik, tips bertemu dengan narasumber, kode etik jurnalistik, dan strategi mengembangkan liputan.
Ia juga menjelaskan bagaimana menulis sebuah berita yang baik, yaitu memiliki judul yang menarik, lead atau teras berita yang sekilas dibaca pembaca mendapat gambaran umum peristiwa.
Selain itu terdapat tubuh berita dan penutup yang merupakan inti penuangan buah pikiran yang membutuhkan kecermatan dalam menyusun kalimat. “Kalimatnya harus lugas, tepat, jelas, padat, dan tidak bertele-tele,” tegasnya.
Selain mempunyai ketrampilan menulis, seorang jurnalistik juga harus memiliki ketrampilan dalam mengambil gambar atau objek. “foto harus menjual dan tidak asal-asalan, angelnya tepat, perhatikan komposisi, enak dipandang, tidak memuat pornografi, dan tidak mencuri dari karya orang lain,” pungkasnya.
Selesai pelatihan, peserta diberikan penugasan berupa membuat berita untuk mengukur kemampuan. Harapan kedepan peserta pelatihan dapat berkontribusi dalam liputan kegiatan Amal Usaha dan persyarikatan Muhammadiyah di lingkungannya. (Bal)