Musyawarah Daerah yang menjadi perhelatan akbar milik Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Magelang telah rampung digelar. Menjaring kader dari seluruh cabang, sekaligus melahirkan 11 formatur baru untuk periode mendatang. Bersamaan dengan Musyda dengan segala ingar bingarnya, teriring harapan-harapan baru dari cabang dan ranting Pemuda Muhammadiyah.
Musyawirin yang hadir di SMP Muhammadiyah Tempuran tempo hari tentu membaca tema Musyda yang terpampang jelas di depan, “Pemuda Berkeadaban Menuju Magelang Berkemajuan”. Slogan tersebut tidaklah ringan, terutama dengan memaknai pemuda berkeadaban sebagai syarat sebelum mencapai kemajuan sebagaimana yang dimaksudkan. Berkeadaban memiliki segudang makna yang semuanya mengakar pada keteguhan terhadap nilai, moralitas dan kecerdasan lahir batin. Dalam hal ini, keseluruhan makna keadaban tersebut membangun karakter dari kader Pemuda Muhammadiyah.
Makna berkeadaban juga selaras dengan aspek turunan yang dalam beberapa kesempatan disampaikan oleh Dzulfikar Ahmad Tawalla selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah yaitu Empat Pilar Pemuda Negarawan. Menurut hemat saya, 4 pilar tersebut memiliki tafsiran :
- Pilar Islam Berkemajuan,Pemuda Muhammadiyah digadang-gadang mampu menjadi aktor Islam Berkemajuan, yang memiliki orientasi kepada kemajuan manusia beserta kehidupannya. Artinya Islam sebagai agama yang membebaskan manusia dari kebodohan, kemiskinan dan kemunduran moral. Sehingga dakwah bukan hanya meningkatkan spiritual namun juga harus berdampak kepada kehidupan sosial.
- Pilar Keilmuan, Kedalaman ilmu dan penguasaan teknologi menjadi bagian dari tajdid gerakan dakwah persyarikatan. Perlu kita sadari bahwa kader harus aktif dalam meningkatkan kapasitas dirinya, yang kemudian dalam organisasi didorong menjadi sarana dakwah digital. Pemuda diharapkan terlibat dalam perang pengetahuan, sehingga menangkal terjadinya hoax, post truth dan krisis yang saat ini disebut sebagai “matinya kepakaran”.
- Pilar Kewirausahaan Sosial,dalam tingkatan dasar, kekuatan ekonomi dan kewirausahaan diharapkan memberi kemanfaatkan bersama bukan hanya keuntungan personal. Hal ini bisa diwujudkan ketika pemuda menjadi penggerak ekosistem ekonomi di tingkat lokal. Sehingga iklim usaha tumbuh sehat karena organisasi mendorong keberpihakan masyarakat beserta daya belinya, serta UMKM tidak langsung berhadapan dengan pengusaha kelas kakap.
- Pilar Politik Kebangsaan, Kader pemuda juga harus sadar bahwa politik bukan hanya soal kendaraan pribadi, namun dimaknai sebagai perjuangan islam dan diaspora kader persyarikatan.
Makna luhur dari keadaban yang juga terkandung dalam 4 pilar tadi dapat ditransformasikan dalam kehidupan kita sebagai pemuda. Dakwah, pengambilan keputusan, pengelolaan internal organisasi, maupun pengorganisiran massa harus mengedepankan prinsip-prinsip moralitas. Pemuda seharusnya memang menjadi kompas moral bagi khalayak umum ditengah kondisi bangsa yang sedang tidak baik-baik saja.
Maka jika kita kembali ke permasalahan secara mendasar, Pemuda Muhammadiyah memiliki setidaknya 3 hal untuk direvitalisasi. Pertama, perlunya meningkatkan kembali fungsi-fungsi organisasi, menguatkan cabang dan menjaring kader karena tidak ada permasalahan yang selesai dipikul satu orang. Sehingga sejatinya bukan hanya soal menentukan siapa ketua dan siapa sekretaris, namun juga harus serius dalam menggarap bidang-bidang yang ada sebagai wadah gerakan pemuda. Seluruh bidang inilah yang kemudian mampu menterjemahkan “Keadaban” dan “Empat Pilar Pemuda Negarawan” menjadi program fundamental.
Kedua, Cabang dan ranting sebagai ujung tombak dan “ujung tombok” memegang peranan penting dalam suksesi Pemuda Muhammadiyah ke depan. Dukungan dan partisipasi cabang dan ranting terhadap program kerja dari pimpinan daerah dapat menjadi indikator keberhasilan. Sehingga merangkul cabang beserta ranting dari ujung timur ke ujung barat penting untuk dilakukan, supaya betul-betul memperhatikan kondisi, aspirasi dan kebutuhannya. Hubungan baik antara daerah ke cabang dan ranting akan menguatkan pondasi organisasi dan memahami lebih baik peta kader.
Setelah ihwal organisasi serta hubungan cabang dan ranting, yang juga sangat penting adalah perjuangan pemuda dengan marwah dan ideologi persyarikatan. Baitul Arqom dan Ideopolitor menjadi agenda kaderisasi dan penguatan ideologi yang acap kali tidak diikuti dengan wadah gerakan dari teori yang didapat. Gerakan pemuda secara umum sering latah dalam menggunakan landasan ideologi yang berbeda, bahkan berseberangan dengan ideologi asalnya. Sehingga muncul berbagai bias gerakan kepemudaan yang bahkan berada di tingkat nasional. Padahal seharusnya marwah dan ideologi organisasi ibarat panji yang dijunjung tinggi dan menjadi identitas Pemuda Muhammadiyah.
Pada akhirnya, muara dari semuanya adalah keadaban. Pemuda yang diharapkan menjadi jawaban konkrit atas berbagai permasalahan memang seharusnya tidak menjadikan diam dan main aman sebagai pilihan. Anak muda memang seharusnya berisik dan reaktif dalam dunia demokrasi, serta keberpihakan yang jelas terhadap kebenaran. Kader Pemuda Muhammadiyah dengan syarat baku berupa nilai keislaman yang lurus, pedoman moral yang kuat, serta idealisme yang kokoh mampu menjadi pembeda. Pemuda dengan semangat, gagasan serta idealismenya saat ini diuntungkan dan berada dalam masa emas sebagai pemain dalam percaturan jaman. Jangan sampai apa yang Soe Hok Gie katakan ini adalah gambaran di waktu sekarang, “Makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi”.
Yogyakarta, 06 Maret 2024
Oleh : Alfian Damastyo Putra, S.IP
*Penulis adalah kader Pemuda Muhammadiyah Kec. Muntilan