Suryagemilangnews.com, Magelang – Pondok Pesantren Muhammadiyah Sambak (PPMS) yang berlokasi di Desa Sambak Kec Kajoran Kab Magelang ini terbilang unik. Pondok ini menawarkan suasana pesantren yang serasa tinggal di rumah. Konsep itu dipilih agar santri merasa aman, nyaman dan betah di lingkungan pesantren.
Konsekuensi dari konsep mondok serasa di rumah itu, santri yang mereka terima pun tidak banyak. Tahun kemarin mereka hanya menerima 10 santri. Menariknya, 10 santri itu berasal dari jauh-jauh. Ada yang dari Sumatera, Sulawesi, dan Tangerang.
“Konsep mondok serasa di rumah itu kami mulai dari bangunan pondoknya. Bangunannya seperti rumah. Di dalamnya ada beberapa kamar, yang per kamar maksimal hanya boleh diisi lima santri. Dan untuk setiap lima santri itu disediakan satu kamar mandi”, kata Gusti Alip Harwoko, direktur PPMS.
Di dalam satu rumah itu ada satu kamar yang khusus ditempati oleh ustadz pendamping. Ustadz ini akan bertugas layaknya sebagai orang tua para santri yang mendampingi aktivitas santri selama 24 jam. Sehingga santri akan selalu berada dalam pengawasan dan pantauan ustadz.
“Ya itu adalah salah satu upaya kami dalam merealisasikan janji kami terkait bullying. Dimana kami punya program zero bullying di lingkungan pesantren dan sekolah,” kata Alip.
Di tempat para santri sekolah yakni di SMP Muhammadiyah Sambak juga menerapkan hal serupa. Di mana untuk memaksimalkan pengawasan kepada anak, setiap kelas diampu oleh dua orang guru.
Di PPMS kesehatan para santri juga diperhatikan dengan baik. Ada dokter khusus yang mendampingi mereka. Dokter ini secara rutin melakukan cek kesehatan para santri. Dimulai dari hal-hal kecil seperti cek kuku tangan dan kaki, cek kesehatan mulut, kulit dan lain sebagainya. dengan pengecekan rutin itu potensi-potensi penyakit bisa terdeteksi sejak dini. Sehingga bisa dilakukan pencegahan.
Sementara terkait dengan konsumsi, PPMS menyusun menu makan dan minum berdasar kebutuhan gizi dan nutrisi harian para santri.
“Jadi menu makanan yang disajikan itu selalu mempertimbangkan dua hal, yakni bergizi dan enak. Kalau bergizi saja tapi nggak enak, santri nanti nggak mau makan. Atau sebaliknya kalau cuma enak saja tapi nggak bergizi nanti pertumbuhan mereka terganggu,” kata Alip.
Dari sisi kurikulum pembelajaran, PPMS merekrut para guru yang sudah berkompeten untuk mengajar santri. Untuk pembelajaran agama, PPMS merekrut salah satu alumni terbaik dari Pondok Gontor. Sedang untuk program-program lainnya seperti pembelajaran bahasa inggris, kewirausahaan serta minat bakat juga diampu oleh para praktisi yang berkompeten.
Secara lokasi, PPMS ini memang tidak berada di perkotaan. Tapi justru karena di pedesaan itulah santri menjadi bisa belajar banyak hal. PPMS ini punya program rutin bernama pengayaan life skill. Di mana santri akan belajar misalnya tentang pemanfaatan limbah, belajar memasak, belajar memanfaatkan beragam tanaman di sekitar dan banyak lagi lainnya.
“Itu sesuai dengan slogan kami yakni mendidik santri yang Qurani, mandiri dan berprestasi. Kami ingin setiap lulusan nanti bisa menjadi pemecah masalah di mana pun mereka tinggal” kata dia.
Tahun ini PPMS membuka pendaftaran santri baru dengan kuota 15 anak saja dan khusus untuk putra. Soal biaya, para orang tua tidak perlu khawatir. Dengan beragam program dan fasilitas yang istimewa itu, biaya bulannya hanya 800-an ribu rupiah saja.