Suryagemilangnews.com, Yogyakarta – Tidak hanya Muhammadiyah, meninggalnya Ahmad Syafii Maarif juga menyisakan duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, sosok yang akrab disapa Buya Syafii Maarif itu dikenal sebagai tokoh teladan dan negarawan dengan kepribadian tulus dan sederhana. Menjelang wafatnya pun Buya Syafii Maarif ada pertanda bahwa sudah siap menghadap Allah.
Diketahui, Buya Syafii Maarif menutup usia pada Jumat (27/5/2022) di RS PKU Muhammadiyah Gamping pada pukul 10.15. Semasa hidup almarhum dikenal sebagai tokoh dan guru bangsa. Ia meninggal pada usia 87 tahun, sebelum genap tiga hari menjelang tanggal kelahirannya yakni 31 Mei 1935.
Dalam takziah virtual, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan, pengkhidmatan almarhum terhadap bangsa melampaui segalanya. Secara lahiriyah Buya Syafii Maarif termasuk tokoh yang sehat, bugar, dan mandiri. “Semuanya menunjukkan kepada kita jika apa yang ditunjukkan dalam perjalanan hidup bisa menjadi inspirasi bagi kita. Beliau rajin bersepeda dan berolahraga,” kata Haedar.
Haedar mengatakan, menjelang Buya Syafii Maarif wafat malam sebelumnya kondisinya sempat menurun. Namun dapat ditangani dan dinyatakan dokter sudah bisa pulang. Namun Buya Syafii Maarif masih ingin paripurna di rumah sakit. Sehingga belum berkehendak pulang.
Paginya, Haedar ada tugas ke Garut menggunakan jalur darat. Saat sampai di Klaten, ia mendengar kondisi Buya Syafii menurun lagi. Lantas mengurungkan niatnya untuk pergi ke Garut dan bertolak ke Yogyakarta. “Sekitar setengah jam bisa membersamai buya hingga menghembuskan nafas yang terakhir,” paparnya.
Haedar sempat menceritakan, pada 24 Februari almarhum sempat mengontak melalui whatsapp dengan panggilan dan permintaan tak biasa. Yaitu memanggil “Pak Ketum” yang biasanya hanya memanggil nama saja yakni Haedar. “Buya minta tolong saya untuk memesankan makam Muhammadiyah. Saya sempat termenung kok Buya seperti itu. Dan pesannya sangat serius,” imbuhnya.
Akhirnya Haedar mengabulkan permintaan Buya Syafii Maarif. Lantas menghubungkannya dengan pengurus makam Husnul Khotimah. Selang tiga hari, secara administrasi sudah beres. Dan Buya Syafii Maarif pun sempat mengajak Haedar untuk menengok tempat tersebut.
Haedar menyebut, ada pertanda bahwa almarhum sudah siap mengahdap Allah. Sebab permintaan yang tidak biasa saat menjenguk untuk minta didoakan. Di pelupuk mata Buya Syafii Maarif menetes air mata yang bening. “Itulah sekilas pertemuan terakhir kami dengan almarhum. Persambungan rohaniyah buya itu, hanya beliau dan Allah yang tahu,” pungkasnya.