SURYAGEMILANGNEWS.COM, MAGELANG – Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) selanggarakan Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah secara virtual pada hari Jum’at (6/08/21). Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari serangkaian kegiatan pasca launching Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah yang dibentuk 31 Maret 2021 lalu.
Sesuai dengan tema diskusi, “Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Tembakau melalui Optimalisasi Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Upaya Diversifikasi Pertanian”, kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai peran DBH CHT dalam peningkatan pertanian dan solusi alternative bagi petani tembakau agar tidak hanya bergantung pada satu komoditas tanaman.
Dra. Retno Rusdjijati, M.Kes. selaku Ketua MTCC UNIMMA memoderatori secara langsung jalannya diskusi oleh dua narasumber dari Pakar Pemuliaan Tanaman sekaligus Guru Besar Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto Prof. Ir. H. Totok Dwi Haryanto, MP., Ph.D dan Dosen FEB Universitas Indonesia Dr. Abdillah Ahsan, S.E., M.S.E.
Peran DBH CHT dalam peningkatan kesejahteraan petani diterangkan oleh Abdillah bahwa, kebijakan penggunaan DBH CHT pembagiannya adalah 50% untuk kesejahteraan masyarakat, 25% kesehatan masyarakat, dan 25% untuk penegakkan hukum. “Keinginan pemerintah usaha yang tadinya illegal menjadi legal,” tegasnya.
Abdilah Mengkonfirmasi pertanyaan audien terkait sasaran penerima manfaat hanya untuk buruh pabrik, “Saya kira buruh pabrik dan petani yaa, dan buruh tani dan petani jadi tidak hanya buruh pabrik rokok. Jadi sasarannya adalah buruh tani tembakau, buruh pabrik rokok, petani tembakau. Ini selama sasarannya adalah buruh tani tembakau ya itu boleh baik untuk program peningkatan kualitas bahan baku, pemberian bantuan, maupun peningkatan ketrampilan kerja,” tuturnya.
Sebagai Pakar Pemuliaan Tanaman, Totok menawarkan salah satu tanaman alternatif untuk diversifikasi bagi petani tembakau yaitu Padi Gogo. Tanaman tersebut bisa ditanam dilahan kering, tidak terlalu membutuhkan banyak air jadi tidak perlu membutuhkan irigasi.
Menurutnya Padi Gogo adalah tanaman alternatif yang bisa dikembangkan di daerah tanam tembakau.
“Ini alternative yang kita ajukan sehingga para petani tembakau itu nanti akan memiliki alternative jalur rizki lain dari tembakau juga dari padi gogo,” ungkapnya.
Cara budidayanya cukup mudah, yakni penanaman dilakukan saat musim hujan sedangkan saat musim kemarau tinggal memerhatikan potensi yang dihasilkan serta kualitasnya sama dengan padi sawah.
Telah ada dua Varietas Padi Gogo yang dihasilkan yakni berdasarkan inpago Unsoed sebagai Potensi hasil tinggi (7,2 t/ha GKG), Rata-rata hasil tinggi (4,9 t/ha GKG), Aroma wangi pada nasi, Tekstur nasi pulen. Sedangkan berdasarkan Inpago Unsoed Protani adalah sebagai Potensi hasil tinggi (7,2 t/ha GKG), Rata-rata hasil tinggi (4,9 t/ha GKG), Aroma wangi pada nasi, Tekstur nasi pulen.
Menurut Totok kesejahteraan petani mempengaruhi cita-cita nasional.
“Ketika petani itu sejahtera, maka ini akan membangun ketahanan ekonomi yang tentu membangun ketahanan nasional dan akhirnya berkontribusi dalam mencapai cita-cita nasional,” pungkasnya.
Dengan demikian diharapkan petani tembakau yang sudah beralih tanam bisa mengambil alternative menanam Padi Gogo yang sudah terbukti hasilnya sehingga meningkatkan kedaulatan pangan.(bal)