Suryagemilangnews.com, Sulawesi Tengah. Muhammadiyah Disaster Manajemen Center ( MDMC) dirikan sekolah ceria disetiap pos pelayanan (Posyan) yang ada di delapan titik wilayah terdampak bencana, Palu, Sigi dan Donggala. Sekolah ceria yang digarap cluster psikososial ini berbasis alam karena banyak bangunan sekolah utama hancur akibat gempa sehingga mengakibatkan aktivitas sekolah anak-anak terhenti.
Selama melaksanakan operasi tanggap bencana di Sulawesi Tengah, selain mendirikan tenda-tenda darurat, supplai logistik dan layanan kesehatan untuk para korban, MDMC juga melaksanakan layanan psikososial serta mendirikan sekolah darurat yang dikemas dengan sebutan sekolah ceria.

Sekolah-sekolah ceria ini didirikan sebagai wadah bimbingan belajar bagi anak-anak yang terkena dampak bencana agar kebiasaan sekolah yang setiap hari dilakukan tidak terputus, mengingat sekolah mereka rusak dan mereka hanya bisa bermain tanpa aktifitas lain selama di pengungsian. Kondisi ini tentu tidak baik dibiarkan terus terjadi bagi anak-anak karena mereka harus tetap mendapatkan pendidikan meski dalam situasi darurat.
“Selain mengisi aktivitas formal, kami ingin membuat anak-anak tidak merasa terauma lagi atas bencana yang menimpa mereka dengan cara bermain sambil belajar. Kami membuat program fun game untuk meningkatkan semangat dan mengembalikan keceriaan mereka,” kata Sari relawan MDMC di posyan Pantoloan saat dihubungi Sabtu (10/11/2018).
Program sekolah ceria diisi bimbingan belajar mata pelajaran sekolah, outdoor learning dan sebagai program inti adalah bimbingan ibadah untuk bisa belajar agama lebih dalam. “Sistem bimbel ini kami buat dengan belajar mengajar yang santai dan tidak di wajibkan oleh karena itu anak-anak sangat antusias sehingga membuat anak-anak tidak bosan serta cepat menangkap pelajaran,” ungkap Sari.

Lebih lanjut Sari menyampaikan bahwa waktu yang paling ditunggu anak-anak adalah aktivitas sore yang dikemas dengan permainan agar mereka bisa bersoaialisasi dengan teman-temannya dalam suasana menyenangkan.
Sebelum terjadinya bencana tsunami anak-anak sebelumnya tidak memiliki aktivitas TPA/belajar mengaji di tempatnya dan pasca tsunami didirikanlah musollah darurat yang menjadi tempat ibadah juga kami gunakan sebagai tempat untuk belajar baca tulis Al-Qur’an (TPA) buat anak-anak, ramaja dan ibu-ibu.
Warga disekitar posyan pantoloan sangat mengapresiasi adanya kegiatan TPA karena seblumnya anak-anak tidak mempunyai aktivitas seperti ini. ( Sari-mdmc)