Tidak sengaja saya menemukan gambar unik di medsos. Seorang bocah gundul dengan tidak bercelana sedang menuntun seekor kerbau yang bertanduk panjang melengkung, dengan bobot berton-ton. Kelihatan sangar. Namun, ia hanya menunduk dan manut ditarik dan dihalau oleh si bocah. Jika mau, hanya sekali hentakan saja si kerbau bisa lepas dan bebas. Sayangnya itu tidak pernah ia lakukan.
Mengapa? Saya menemukan penjelasan yang lebih menarik dari tulisan guru menulis saya di sebuah grup penulis, Dr. Zaprulkhan. Judulnya, Perangkap Rantai Gajah. Beliau mengawali dengan mengutip karya James Belasco dalam buku, Teaching the Elephant to Dance. Bagaimana pelatih menjinakkan gajah-gajah yang berbobot sampai berton-ton.
Saat gajah-gajah ini masih kecil, mereka diberi rantai besi yang kuat seberat 150 kg. Rantai itu kemudian diikatkan di kayu atau pancang yang tidak bisa digerakkan. Awalnya, anak gajah ini tentu meronta ingin membebaskan diri. Karena rantai terlalu kuat, mereka pun pasrah dan menyerah. Mindset terbentuk, bahwa kehidupan memang seperti itu. Takdir mereka adalah diikat.
Seiring waktu berjalan, gajah-gajah tersebut tumbuh besar dengan berat bisa mencapai 3 ton. Kekuatan yang dimiliki berlipat-lipat dibandingkan kekuatan rantai yang mengekang. Mungkin hanya dengan sekali hentakan, rantai akan hancur. Karena mindset sudah terbentuk, maka itu tidak dilakukannya. Bahkan bisa jadi hanya dengan kunci kecil pun mereka tetap tidak akan meninggalkan tempat tersebut.
Apa yang bisa diambil dari pelajaran berharga ini? Setiap kita pasti memiliki rantai yang mengikat kaki, tangan dan pikiran. Kemudian membentuk mindset yang membuat kita menyerah dan pasrah dalam pertandingan di kanvas kehidupan. Belenggu-belengu itu bisa berbagai macam kekurangan dalam hidup. Alasan yang membuat kita pasrah dan memaklumi diri untuk kalah.
Belenggu itu bisa berupa pendidikan yang rendah, usia yang telah menua, kesehatan yang menurun, kemiskinan dan lingkungan yang tidak mendukung. Dr. Zaprulkhan menutup tulisannya dengan memberikan contoh orang-orang yang berhasil keluar dari rantai gajahnya. Orang-orang yang membuat kita seharusnya malu karena mereka lebih memilih menang daripada kalah.
Andrie Wongso adalah sosok yang keluar dari rantai gajah pendidikan rendah. Sekolah SD pun tidak lulus tapi justru menjadi pengusaha sukses dan motivator nomor wahid di Indonesia. Sehingga ada jok atau lelucon tentang gelar Andrie Wongso, S.D.T.T.T.B.S, yakni Sekolah Dasar Tidak Tamat, Tapi Bisa Sukses.
Di Indonesia sangat banyak orang yang keluar dari belenggu gajah pendidikan. Dalam acara Kick Andy, tamu undangan yang ditampilkan seorang pria separuh baya. Pria dari Blora, Jateng, yang sukses dengan usaha es krimnya dengan penghasilan 500 juta perbulan. Yang menakjubkan, Sanawi -begitu ia dipanggil- hanya tamatan S2 (SD kelas 2). Kelas 2 SD pun tidak kelar, otomatis pria beristri satu ini buta huruf. Tidak bisa baca tulis.
Kenal dengan Holywood Silvester Stallone dan Jean Claude Van Damme? Dua bintang film laga Hollywood. Tahukah kita jika keduanya berangkat dari keluarga yang sangat miskin. Rantai kemiskinan tidak membuat keduanya terikat. Akhirnya, dengan kerja keras mampu keluar dari rantainya dan menaklukkan perfilman Amerika.
Jika kita mempunyai rantai gajah usia, pelajari kesuksesan kentucky fried chicken (KFC). Kesuksesan diraih Colonel Sanders pada usia 65 tahun. Tidak muda lagi kan? Kini KFC sudah tersebar lebih di 80 negara di seluruh dunia.
Sosok fenomena Hirotada Otatake dari Jepang dan Nick Vujicic dari Australia, dua orang cacat yang tidak mempunyai kedua tangan dan kedua kaki, sanggup keluar dari rantai gajah kesehatan fisik. Prestasi yang diukirnya mampu mengalahkan orang-orang yang sempurna secara fisik. Selain menjadi motivator level internasional dan penulis karya mega bestseller juga sebagai pengusaha di perusahaan-perusahaan besar. Menakjubkan.
Bagaimana dengan rantai gajah lingkungan yang tidak kondusif? Sosok Oprah Winfrey menjadi contoh yang juga mengagumkan. Oprah lahir dari seorang gadis berusia 13 tahun yang belum menikah. Ia lahir di tengah-tengah keluarga yang memperlakukannya dengan kasar. Tumbuh mendewasa di tempat yang rawan kejahatan karena kemiskinan. Oprah keluar dari rantai ini dan menjadi figur wanita yang memiliki pengaruh dan popularitas internasional.
Tidak ada jalan lain selain memutuskan belenggu dan rantai-rantai gajah ini. Mengoptimalkan segala potensi yang ada. Sudah banyak yang membuktikan. Keterbatasan itu bukan alasan dan penghalang. Berhenti beralasan!
Di akhir tulisan, beliau mengutip nasihat bijak dari Arthur Clarke berikut: The only way to discover the limits of possible is to go beyond them into the impossible, ‘satu-satunya cara untuk menemukan batasan dalam hidup ini adalah dengan melangkah melampaui batasan yang kita sebut “tidak mungkin”
Masih semangat? Atau masih ada rantai gajah dalam hidup kita? Segera bongkar!
___
Penulis: Syahrul*
*Guru PAI SMP Muhammadiyah 2 Sawangan. Penulis buku, “Berdagang Dengan Allah Nggak Ada Ruginya, dan 11 buku motivasi lainnya.