Seorang muslimah identik dengan mengurus rumah tangga, yang sering dianggap urusan remeh temeh, padahal sesungguhnya tidaklah demikian. Kiprah seorang muslimah dalam rumah tangga sejatinya adalah sumbangsih dan pengabdian terbesarnya bagi keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan bahkan peradaban umat Islam.
Bagi seorang muslimah, dari urusan ringan sampai urusan besarpun harus ia hadapi bahkan keberhasilan pendidikan anakpun disandarkan kepada kelihaian seorang wanita. Wanita memang lemah, lemah fisiknya dan lemah mentalnya tetapi ketangguhannya tiada tara. Banyak manusia hebat itu terlahir dan terdidik dari tangan-tangan lembut seorang muslimah.
Sebut saja seperti ulama besar di zaman tabiin, tersohor kealiman dan kezuhudannya, mumpuni dan ahli dibidang hadits dan fiqih. Beliau adalah Sufyan ats Tsauri rahimahullah 96 H – 161 H. Nama beliau harum dan dimuliakan di zamannya dan setelahnya sampai saat ini.Wanita dibalik kesuksesan nama besar ini adalah Ibunya sendiri. Ibunya merupakan sosok perempuan yang wara’ dan zuhud, dia mendorong anaknya agar menjadi penuntut ilmu.
Suatu hari dia berkata pada anaknya, “Nak, tuntutlah ilmu. Aku yg mencukupimu dengan tenunanku. Nak, jika kamu telah menulis sepuluh hadits, maka lihatlah jiwamu apakah ia bertambah takut, lembut dan wibawa. Jika kamu tidak melihat itu ketahuilah bahwa ia membahayakanmu dan tidak manfaat bagimu”. Perhatian luar biasa dari seorang Ibu terhadap pendidikan anak-anaknya. Ilmu harus mengubah akhlaq dan kepribadian anak apabila ilmu tidak merubah akhlaqnya maka hal itu akan membahayakannya.
Agama Islam datang untuk memuliakan kaum wanita. Dulu di masa jahiliyah kehormatan wanita diinjak-injak. Orang musyrik benar-benar sangat tidak suka dengan lahirnya anak perempuan. Makanya ketika anak perempuan itu lahir wajah mereka menghitam sebagai tanda bahwa telah mendapatkan musibah. Mereka sangat sedih kala itu. Mereka malu dan menyembunyikan diri dari orang banyak. Ada dua hal yang terjadi pada mereka:
1. Menanggung malu
2. Menguburkan anak perempuan dalam tanah hidup-hidup.
Alangkah buruknya apa yang orang musyrik lakukan dan inilah gambaran yang terjadi di masa jahiliyah.
Syariat yang mulia ini memberikan posisi terhormat dan memberikan kemuliaan kepada para wanita. Berbagai macam peranannya syari’at memberikan kedudukan yang tinggi. Sebagaimana contohnya wanita tatkala berperan sebagai istri dan ibu. Istri manakala melayani suaminya dengan baik. Tak kenal siang dan malam ia patuh kepada suaminya, menghormatinya, bertutur kata dengan kesantunan dan menjaga kehormatannya. Maka Allah Ta’ala akan memberikan sorga.
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Inilah keutamaan istri yang senantiasa taat kepada suaminya dan selalu berusaha untuk menjaga kehormatannya. Dibukalah pintu surga dari arah yang ia kehendaki.
Begitupula tatkala wanita berperan sebagai ibu, kemuliaannya tiada tara. Dibalik kelemahan seorang ibu ada kekuatan yang besar bagi anak-anaknya. Tak pernah berkeluh kesah ketika ia mengandung selama 9 bulan, menyusui selama 2 tahun, membesarkannya dan mendidiknya. Kasih sayang ibu akan dirasakan sepanjang hidup anak-anaknya. Syari’at yang mulia ini mengajarkan bagaimana interaksi antara anak dengan ibunya. Bagaimanapun kedudukan tingginya seorang anak, ia harus memuliakan ibunya. Presiden, gubernur, bupati, camat dan lurah semuanya itu adalah anak-anak dihadapan ibunya. Anak diwajibkan berbakti kepada ibunya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Wahai muslimah engkau memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi wanita mulia di sisi Allah Ta’ala. Engkau memiliki peranan yang besar di kehidupan dunia ini. Janganlah engkau merasa lelah menjadi wanita karena surga akan menantimu. Wahai muslimah bersabarlah, jerih payahmu, lelahmu akan terbayar dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu. Semoga Allah Ta’ala memberikan kekuatan kepadamu. (relawan dakwah Muhammadiyah-redam)