Sejak gempa bumi dan tsunami Aceh tahun 2004, penganggulangan bencana di Indonesia memasuki fase kemajuan yang signifikan. Fase ini ditandai dengan makin terorganisirnya kekuatan-kekuatan lembaga penanggulangan bencana baik milik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat.
Bagi Muhammadiyah, penanggulangan bencana bukan perkara yang asing lagi. Setidaknya pada tahun 2007 Muhammadiyah sudah merintis berdirinya Pusat Penanggulangan Bencana. Selanjutnya pada Muktamar Muhammadiyah ke 45 tahun 2010 di Jogjakarta resmi diubah menjadi Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah atau dengan istilah lain “Muhammadiyah Disaster Management Center” (MDMC).
Dalam perkembangannya kini, setelah melalui fase tumbuh dari tahun ke tahun, MDMC makin menemukan jati dirinya sebagai salah satu lembaga penanggulangan bencana dengan jaringan yang luas meliputi seluruh Indonesia. Para relawannya sudah terlatih berkiprah dalam berbagai peristiwa bencana tidak hanya dalam negeri bahkan sampai dunia internasional dengan hadir di Bangladesh dalam penanganan pengungsi Rohingnya.
“Bagi Muhammadiyah, penanggulangan bencana bukan perkara yang asing lagi. Setidaknya pada tahun 2007 Muhammadiyah sudah merintis berdirinya Pusat Penanggulangan Bencana.”
Untuk menangani bencana yang berskala massif, kini MDMC melalui Muhammadiyah sebagai lembaga induk, menerapkan standar operasi “One Muhammadiyah One Response” yang dalam teknisnya melibatkan semua unsur organisasi Muhammadiyah untuk bahu membahu bergerak bersama menggelar tanggap darurat bencana dalam satu komando gerakan dibawah koordinasi MDMC yang didukung sepenuhnya oleh Lazismu.
Mitigasi Bencana
Dalam keadaan “aman” dari kedaruratan bencana, tugas-tugas penanggulangan bencana tidak berhenti, namun justru memasuki fase penting yaitu pengelolaan kesiapsiagaan semua elemen dalam penanggulangan bencana. Satu hal yang sering diabaikan karena merasa aman dari bencana dalam fase ini adalah mitigasi bencana.
Dalam sebuah dialog tentang kebencanaan di salah satu stasiun TV swasta, salah satu staf badan penanggulangan bencana pemerintah mengakui bahwa mitigasi bencana dalam penganggaran juga tidak mendapatkan perhatian cukup, terbukti dengan malah dicoretnya pos-pos anggaran untuk lakukan sosialisasi tanggap bencana sebagai bagian dari mitigasi bencana.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Dengan mengacu pada pengertian ini maka dapat disimpulkan mitigasi bencana meliputi aspek yang luas baik perencanaan fisik bangunan tempat tinggal atau fasilitas publik sampai pada pembentukan masyarakat tanggap bencana melalui pendidikan dan pelatihan kebencanaan yang bersifat kontinue.
MDMC dan Mitigasi Bencana
Harus diakui meskipun Indonesia adalah “supermarket bencana” namun tingkat sadar bencana di masyarakatnya masih rendah. Budaya sadar bencana belum mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Indikator dari budaya sadar bencana ini nampak dari minimnya kesiapsiagaan pemerintah beserta semua warga masyarakat dalam menghadapi bencana yang berakibat sering “gagap” ketika terjadi bencana terutama bencana yang berskala massif dan desktruktif.
Dengan kondisi masyarakat dan pemerintah seperti itu, MDMC yang berisi para relawan terlatih dalam berbagai peristiwa bencana memiliki peluang dan tantangan yang besar untuk menjadi lembaga pioneer dalam mitigasi bencana. Sumber daya manusia yang terampil dalam pengetahuan penanggulangan kebencanaan di MDMC saat ini cukup banyak dan melingkupi banyak cluster dengan beragam pengalaman lapangan.
“Nantinya perjuangan dalam ranah kebijakan ini bisa ditempuh dalam berbagai cara mulai dari menjadi mitra dalam pembahasan perencanaan penanggulangan benana oleh BNPB/BPBD, pemerintah pusat hingga daerah sampai dengan meloloskan calon-calon anggota parlemen yang peduli terhadap permasalahan kebencanaan.”
Secara sporadis, keterlibatan para personil MDMC dalam berbagai sosialisasi, diklat dan simulasi kebencanaan baik bersama BNPB/BPBD maupun warga masyarakat cukup menggembirakan. Para relawan senior yang telah lama berkiprah di MDMC dalam banyak kesempatan mendapatkan tempat khusus dalam berbagai kegiatan sosialisasi, diklat dan simulasi kebencanaan.
Ke depan untuk memanfaatkan peluang dan tantangan tersebut, MDMC didukung seluruh elemen Muhammadiyah perlu adakan gerakan bersama membumikan gerakan sadar bencana sebagai ikhtiar mitigasi bencana. Keterlibatan dalam berbagai event sosialisasi, diklat dan simulasi kebencanaan harus terus dilaksanakan, ditambah even saat-saat tertentu yang bertemakan kebencanaan sampai pada perjuangan dalam ranah kebijakan baik di eksekutif maupun legislatif.
MDMC dapat mengusulkan suatu gerakan bulan galang dana siaga bencana, juga mendorong AUM-AUM Muhammadiyah untuk menyisihkan berapa persen dari anggaran pendapatan dan belanjanya sebagai dana siaga bencana yang siap dipakai setiap kali terjadi bencana sehingga lebih siap. Dalam kondisi aman dari bencana, dana tersebut dapat dipakai sebagai biaya operasional sosialisasi, diklat dan simulasi kebencanaan.
Khusus perjuangan dalam ranah kebijakan pemerintah ini akan menjadi “pemecah kebuntuan” jalan dalam merintis kebijakan yang berpihak terhadap mitigasi bencana. Nantinya perjuangan dalam ranah kebijakan ini bisa ditempuh dalam berbagai cara mulai dari menjadi mitra dalam pembahasan perencanaan penanggulangan benana oleh BNPB/BPBD, pemerintah pusat hingga daerah sampai dengan meloloskan calon-calon anggota parlemen yang peduli terhadap permasalahan kebencanaan.
Terakhir, yang tidak boleh dilupakan adalah perjuangan dalam ranah literasi kebencanaan melalui penerbitan buku-buku, liflet, brosur, meme, flyer yang berisi panduan kebencanaan, penulisan artikel kebencanaan di berbagai media baik cetak maupun online bahkan termasuk posting status-status media sosial para relawan MDMC yang berisi materi-materi kebencanaan. Semua itu jika dilakukan secara massif dan terus menerus akan menjadi sumbangsih nyata tak ternilai harganya dari MDMC dalam ranah mitigasi bencana.
Penulis : Sapari, relawan Media Center MDMC Jawa Tengah