SURYAGEMILANGNEWS.COM – Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammdiyah Tempuran, Magelang, KH Zen Fanani berpulang. Ribuan pelayat mengantar almarhum hingga ke peristirahatan terakhir, Rabu, (8/6/2022).
Kiai Zen wafat pada Rabu, pukul 03.00 WIB di kediamannya, Punduhsari, Tempurejo, Tempuran. Sejak kabar wafatnya Kiai Zen menyebar, rumah duka dan kompleks ponpes terus-menerus dibanjiri pelayat. Mereka tak berhenti menyolatkan. Bahkan berubah lautan manusia ketika jenazah Kiai Zen akan dimakamkan di sebelah barat Masjid Abdussalam, bersama para pendahulunya.
Kecintaan masyarakat terhadap tokoh besar Muhammadiyah di Kabupaten Magelang ini begitu tergambar ketika prosesi pemakaman. Kondisi sekitar pondok berubah lautan manusia. Takbir bergema, salawat dilantunkan, dan doa-doa baik dipanjatkan mengiringi jenazah Kiai Zen diturunkan ke liang lahat. Banyak dari mereka yang tak mampu membendung air mata, melihat kepergian sang kiai tercinta.
KH Zen Fanani Sosok Inspiratif
Selain menjadi pengasuh Ponpes Muhammadiyah Tempuran, KH Zen Fanani diketahui pernah menjabat Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Magelang periode Muktamar ke-41 (1986-1991).
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tempuran Drs H Maksum mengakui, KH Zen Fanani sosok inspiratif. Ia menilai, Kiai Zen adalah pribadi yang penuh tanggung jawab, ikhlas, amanah, dan gigih dalam memperjuangkan Islam. “Beliau itu totalitas,” tutur Maksum, ditemui di rumah duka.
Ia tahu, Kiai Zen mengerahkan kemampuan jiwa dan raga untuk Islam. Juga merelakan hartanya untuk berdakwah. “Sangat mulia. Beliau itu pemaaf, rendah hati, jauh dari keangkuhan, iri, dan dengki,” kenangnya.
Hal lain yang menginspirasi dari sosok Kiai Zen adalah pemimpin yang visioner dan optimistis.
Ketua PDM Kabupaten Magelang Jumari sepakat dengan pendapat Maksum. Bagi dirinya, KH Zen Fanani termasuk orang yang panjang umur. Meninggal di usia yang hampir 90 tahun. “Amalannya bagus, dan merupakan salah satu kriteria sebagus-bagusnya manusia,” ungkap Jumari
Menurut Jumari, Kiai Zen Fanani istikomah berdakwah sejak tahun 1960-an. Meskipun kala itu banyak yang menentang dan menantang. “Bahkan beliau dan yang ikut ngaji sering mendapat teror fisik. Namun beliau tetap sabar dan semangat,” ungkapnya.
Pengajian KH Zen Fanani Sangat Khas
Jumari melanjutkan, pengajian Kiai Zen Fanani sangat khas. Setiap ceramah, selalu membagikan tulisan. Cara ini seperti sudah menjadi kebiasaan Kiai Zen, sejak jamaahnya sedikit sampai sudah ribuan.
“Beliau lakukan itu sejak jumlah jamaahnya tujuh orang, waktu itu masih dengan mesin ketik manual, juga belum ada fotokopi,” kenangnya.
Bagi Jumari, Kiai Zen Fanani selalu menyampaikan materi dakwah dengan ringkas, jelas, tegas. Berdasarkan dalil Al-Quran dan as-Sunnah yang jelas. “Beliau termasuk orang yang semangat dan kuat dalam membaca kitab. Sehari rata rata 4 jam,” ungkapnya. (van)