Kulonprogo, 27 Februari 2024. Maraknya kejahatan dan perundungan yang terjadi pada siswa sekolah semakin marak. Tak terkecuali wilayah pegunungan Menoreh yang syarat dengan keterbatasan sinyal internet. Perundungan pada anak sekolah menjadi perhatian utama yang perlu dicegah segera, dengan intervensi mahasiswa KKN UAD di Dusun Kaliwunglon dan Dusun Ngaran Timur, Samigaluh Kulonprogo pada tanggal 15-27 Februari 2024.
Literasi digital untuk anak sekolah, dilakukan bersama guru, dan Dosen Pembimbing Lapangan, Dr. Sri Roviana, MA. Diantara bentuk perundungan pada siswa sekolah adalah ucapan verbal menghina, merendahkan, memberikan julukan yang berkonotasi buruk, menghukum sesama teman dengan hukuman fisik yang merendahkan psikis anak, memaksa anak mempertontonkan bagian vital tubuh secara paksa, memalak uangsaku, memaksa teman yang lebih kecil tubuhnya untuk menggendong anak yang tubuhnya lebih besar dsb. Tindakan ini merendahkan harga diri anak yang dibully, di hadapan anak lain, dengan ditertawakan. Kondisi sosial ini yang dalam jangka pendek merusak kesehatan mental anak, dan jangka panjang dapat berakibat luka batin yang jika tidak diselesaikan, akan potensial menjadi siklus balas dendam pada lingkaran anak-anak sekolah.
Diawali dari dialog dengan siswa tentang perundungan secara spontan, perundungan lewat media sosial, maka para siswa di Madrasah Ibtidaiyah Maarif NU Brajan dan SDN Banjarsari Samigaluh, diajak secara sederhana mempelajari bekerjanya system informasi di dunia digital. Beberapa info tentang fungsi media sosial, apa yang boleh dibagi di media sosial, dan apa yang sama sekali harus dihindari di media sosial, menjadi hal penting yang diajarkan Mahasiswa KKN, pada anak-anak di Dusun Ngaran Timur dan Dusun Kaliwunglon Banjarsari Samigaluh Kulonprogo.
Dalam sesi literasi digital, diketahui bahwa siswa yang belum memahami cara kerja system informasi digital, melalui komunikasi media sosial, justru sering mengalami buliying berupa body shamming (pelabelan berdasarkan ciri fisik yang negative), membagi info kesedihan, kegalauan, kemarahan lewat status whatshaap agar dibaca orang lain. Membuka status psikis diri, menjadi hal yang tidak tepat dilakukan secara terbuka, karena justru bukan solusi yang didapatkan anak anak tersebut, namun sebaliknya, justru seringkali memancing respon yang kurang supportif pada anak.
Literasi digital ini juga diikuti sesi konseling para siswa yang membutuhkan, upaya trauma healing kelompok, mediasi konflik antar teman, dilakukan oleh mahasiswa KKN UAD dari jurusan Bimbingan Konseling, dan Psikologi. Tim mahasiswa, dosen pembimbung lapangan, kepala sekolah, melakukan pengabdian sekitar sepekan, dan menutup sesi pendampingan di 2 sekolah dengan gembira, ditutup dengan pamitan para mahasiswa KKN yang bertugas di lokasi perbukitan Menoreh tersebut. Diantara mereka adalah Arya Permana Salaka, Triyatno, Pangestika Firda Fadhilah, Fatia Rizka Adela, Fahrizal Adji Sya’bani, Dea Ananda, Dian Sari, Putri Widayanti, Ranal Sagitha Az-zahra Iliwua, Ghulam Dzaky Nur Khairy, Intan Dyah Ayu Kumalasari, Fitrotu Zakia, Farisna Hamid Jabbar, Dehan Lavedia, Moh Nasiruddin, Firka Munawara, Dyta Ayu Safitri dan Amadea Diva Agatha. Harapan dengan diadakannya kegiatan literasi digital cyber bullying ini dapat menimalkan perundungan di tengah masyarakat secara luas, karena dengan mngerem cyber bullying atau perudungan ini sudah punya nilai positif dalam mengurangi dampak bullying di tengah masyarakat secara luas, sehingga tidak ada rasa cemas, terganggu dan tergoda diantara warga ketika mereka saling ketemu tentunya. (YM)