Muktamar XIV Nasyiatul Aisyiyah (NA) akan digelar pada tanggal 2-4 Desember 2022 di Bandung, dua pekan pasca penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke 48 di Surakarta.
Bertemakan “Memajukan Perempuan, Menguatkan Peradaban”, Muktamar XIV Nasyiatul Aisyiyah akan dihadiri 751 peserta dan 2000-3000 penggembira dari seluruh Indonesia.
Dyah Puspitarini dalam keterangannya mengatakan Muktamar XIV NA seharusnya diselenggarakan pada tahun 2020.
“Namun karena sedang pandemi, maka kondisi tidak memungkinkan muktamar secara offline dan dengan beberapa pertimbangan, kami juga tidak memungkinkan untuk muktamar secara online,” katanya.
Tidak diselenggarakannya muktamar secara online menurut Dyah Puspitarini karena muktamar bukan hanya sebatas menyelesaikan tanggung jawab tapi juga ada forum yang lebih besar yaitu menjalin ukhuwah, bergembira bersama.
Terkait tema “Memajukan Perempuan, Menguatkan Peradaban”, Dyah Puspitarini menyampaikan 2 makna, pertama dari memajukan perempuan.
“Perempuan sudah diberikan ruang aktualisasi yang besar, namun masih banyak persoalan seperti kekerasan, angka perceraian cukup tinggi, korban PHK juga banyak perempuan” ujarnya.
Memajukan konteksnya menurut Dyah Puspitarini bukan hanya secara pikiran saja, tetapi juga secara action atau pelaksanaan, sikap dan apa yang bisa dibuktikan secara nyata oleh para perempuan.
Selanjutnya dari makna menguatkan peradaban, Dyah Puspitarini menyampaikan bahwa peradaban bukan hanya dilihat sebatas keberhasilan dari bangunan dan kesuksesan ilmu pengetahuan.
“Memajukan kualitas perempuan sama halnya menguatkan peradaban itu sendiri,” imbuhnya.
Salah satu pesan yang ingin disampaikan lewat Muktamar XIV NA kali ini menurut Dyah Puspitarini adalah internasionalisasi NA yang sudah dirintis dalam periode kepengurusan Pimpinan Pusat NA saat ini dan akan dilanjutkan periode selanjutnya.
Ini juga menjadi bagian dari memposisikan NA tidak hanya di skala loka tapi juga skala internasional atau global. “Ini juga menjadi jawaban dari revolusi industri yang menuntut para perempuan muda untuk memiliki kemampuan dan peran strategis di berbagai bidang,” ujarnya.
Muktamar kali ini, tutur Dyah Puspitarini juga memiliki aspek kesejarahan tersendiri. “Karena dulu di tahun 1965 ketika Kongres Muhammadiyah di Bandung, Nasyiatul Aisyiyah yang saat itu masih jadi bagian dari Aisyiyah, resmi menjadi organisasi otonom,” tuturnya.
Padahal ungkap Dyah Puspitarini, di tahun 1965 itu kondisi bangsa Indonesia saat itu tidak sedang baik-baik saja.
“Ternyata di Kongres 26 tahun 1965 itu membuktikan Muhammadiyah memberikan ruang yang sangat besar kepada para perempuan termasuk para perempuan muda yaitu Nasyiatul Aisyiyah,” pungkasnya.
Pelaksanaan Muktamar XIV NA 2-4 Desember 2022 yang akan datang sudah didahului dengan sesi muktamar secara daring pada 13 November 2022 lalu dengan agenda penyampaian Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Pimpinan Pusat (PP) NA dan tanggapan dari Pimpinan Wilayah (PW) NA yang menyatakan menerima LPJ tersebut.