SURYAGEMILANGNEWS.COM, MAGELANG – Dari sekian banyak ranting dan cabang Muhamadiyah, tentu masing-masing memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Potensi yang dimaksud berupa produk atau program unggulan yang menjadi icon masing-masing ranting dan cabang.
Ranting atau cabang Muhammadiyah yang dianggap aktif, maju, dan unggul tentunya memiliki peran strategis dalam menjalankan dakwah dan memberikan layanan kepada masyarakat. Sehingga hal itu menjadi sebuah kebanggaan pengurus dan warga Muhammadiyah di cabang atau rantingnya.
Seperti halnya yang ada di Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Keji, Muntilan, memiliki sebuah badan usaha yang dapat menopang kegiatan dakwah Muhammadiyah di lingkungannya. Bahkan, badan usaha tersebut telah diakui menjadi salah satu dari sembilan produk unggulan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Wakil Ketua PRM Keji Bidang Majelis Ekonomi, Zis, dan Harta Benda Marjuni mengungkapkan, berdirinya Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) di Ranting Keji merupakan hasil dari sebuah proses yang panjang. Membangun sebuah usaha tak mudah, terlebih modal yang dibutuhkan jumlahnya terlalu besar bagi PRM Keji.
PRM Keji berniat mendirikan sebuah pabrik pengolahan kayu menjadi berkor. Pabrik tersebut diberi nama Surya Bhakti Mandiri.
“Namanya Surya Bhakti Mandiri. Kata Surya mengambil dari lambang Muhammadiyah, yang berarti pabrik itu milik Muhammadiyah. Sedangkan Bakti Mandiri berarti sikap kemandirian PRM Keji bisa berbakti kepada Muhammadiyah dan masyarakat, bangsa dan negara,” tuturnya.
Membangun usaha dengan pengalaman kerja
Sebagai pelopor beserta tokoh ranting lainnya, sosok Marjuni memang sudah banyak makan garam bergelut di industry kayu. Baginya, pengalaman selama 30 tahun cukup untuk menjadi bekal dalam mendirikan pabrik kayu.
“Pengalaman itu didapatkan sejak tahun 1991. Kami diberangkatkan ke Malaysia oleh Pemuda Muhammadiyah Daerah, pada waktu itu saya ingat betul ketuanya adalah Bambang Supriyo,” kata Marjuni.
Hingga sampai tahun 2021 Marjuni tetap aktif di industri kayu, bahkan sempat berpindah di banyak tempat sehingga memang sudah kenyang dengan yang namanya pengalaman. Tidak hanya di Ranting Keji, Saat ini pun dirinya juga mengelola perusahaan kayu di beberapa daerah.
“Setelah 2 tahun di Malaysia, 1993 kami ke Jambi hingga 2001 dan pindah ke Irian sampai 2003. Lalu sempat vakum 1 tahun wiraswasta di budidaya Lobster. Kembali lagi ke industry kayu lagi tahun 2005 di Bekasi, Tangerang, lalu ke pabrik kayu Temanggung, Cilacap , pindah lagi ke Banjarnegara dan akhirnya kemabli ke magelang,” ujarnya.
Merintis usaha pengolahan kayu
Marjuni melihat bahwa peluang di industry kayu cukup bagus dan menguntungkan, sehingga tidak sedikitpun ragu membangun sebuah usaha bersama dengan PRM Keji. Ia juga sempat berfikir bahwa, seandainya Muhammadiyah punya usaha di industry kayu, maka yakin sekali kelak Muhammadiyah cukup punya sektor ekonomi yang bisa diandalkan.
Berbekal semangat, pengalaman, dan niat mulia itulah PRM Keji memulai merintis usaha dengan diskusi selama satu tahun. Selama itu, Marjuni berusaha memperkenalkan kepada rekan-rekannya mengenai industri kayu dari nol. Meyakinkan bahwa usaha tersebut menjanjikan dan jika benar terealisasi maka PRM Keji akan mandiri secara ekonomi, bahkan menjadi bermanfaat bagi banyak pihak.
Setelah beberapa waktu berjalan dan berdiskusi, tibalah pada persoalan modal. Bagi PRM Keji, membangun pabrik kayu bukanlah urusan sederhana. Modal yang harus disiapkan untuk membangun pabrik sebesar 3,5 milyar. Namun, bukan PRM Keji namanya jika sudah memiliki niat namun hanya berpasrah dengan kondisi dan tidak mengusahakannya.
“Ranting Keji yang tidak punya apa-apa, harus membuat investasi senilai 3,5 milyar. Namun dengan adanya rapat rutin muncullah ide dan gagasan, yaitu bekerjasama dengan BTM Amman,” ucap Marjuni.
Namun, melihat besaran modal yang dibutuhkan, pihak BTM Amman belum mampu meminjamkan. Sehingga mengusahakan untuk mencari investor yang mampu memberikan modal pendirian pabrik. Lalu bertemulah dengan salah satu pendiri Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Basron Hamid. Pihak PRM Keji diminta mempresentasikan terkait usaha pabrik kayu.
Usaha pabrik kayu mendapatkan respon yang baik dari Basron Hamid. Bahkan, dirinya mengunjungi industri pengolahan kayu dan Ia yakin bahwa usaha tersebut memang layak untuk dikembangkan.
Akhirnya, permasalahan modal terkait pendirian pabrik kayu terselesaikan. Pihak UMY memberikan pinjaman senilai 1 milyar melalui BTM Amman. Pihak BTM Amman juga memberikan pinjaman sebesar 1 milyar, selain itu juga menginvestasikan senilai 500 juta. Sisanya di sokong oleh beberapa orang PRM Keji yang memberikan modal tambahan sebagai penguat usaha. Singkat cerita berdirilah usaha pabrik kayu dan memulai produksi usaha pengolahan industry kayu pada 2016
Lika liku usaha
Tak semua niat yang tulus berjalan mulus, bahkan perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas menuai kecaman keras. Ud. Surya Bhakti Mandiri sempat menemui rintangan dan fitnah yang dilontarkan oleh pihak yang tidak suka dengan keberadaannya.
Ketika perizinan usaha masih dalam proses dan belum turun, beragam reaksi masyarakat yang menentang berdirinya pabrik tersebut. Mulai dari demo, mengadu ke DPRD, hingga melapor dengan Satpol PP dilakukan.
Namun persoalan tersebut dapat segera diatasi dan dapat diselesaikan secara baik-baik. Apalagi ketika izin usaha sudah turun, permasalahan yang dihadapi sudah mulai reda.
“Setiap perjuangan selalu ada pengorbanan, kita difitnah bahwa akan membunuh masyarakat sekitar. Namun ketika dilakukan pengujian laboratorium, terkait kandungan udara, kebisingan, dan dinyatakan kondisi tersebut masih memenuhi ambang batas,” terang Marjuni.
Dalam mengelola pabrik pengolahan kayu, PRM Keji totalitas dan tidak main-main. Karena, jika gagal rumah pun sudah menjadi jaminannya. Dengan pertolongan allah dan mencari ridhonya, PRM Keji berusaha maksimal dalam menjalankan usahanya. Meskipun usia satu dua tahun tertatih-tatih dan masih banyak masalah.
Marjuni mengungkapkan bahwa, pendirian usaha bukan hanya berorientasi pada keuntungan belaka. Namun, dibalik itu semua ada tujuan mulia menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan yang paling utama adalah sebagai sarana dakwah Muhammadiyah melalui pembinaan keagamaan.
“Ada penguatan keagamaan bagi karyawan melalui kajian, dua kali selama satu minggu. Sebelum kerja ada kultum, selain itu setiap Ahad ketika libur diwajibkan mengikuti kajian ahad pagi di Gedung Dakwah PRM Keji,” jelas Marjuni.
Pengembangan usaha FurnitureMu
Seiring waktu kegiatan produksi Ud. Surya Bakti Mandiri semakin membaik dan mulai lancar. Termasuk angsuran kepada BTM Amman. Selain itu juga mengembangkan sayap produksi melalui usaha furniture sejak Juli 2021 lalu yang diberi nama FurnitureMu.
Berawal dari adanya limbah industry kayu lapis berupa ampulur yang berdiameter 5-6 cm. Limbah kayu tersebut umumnya hanya digunakan sebagai kayu bakar. Berdasarkan pengalaman di dunia industri kayu, Marjuni punya gagasan untuk memanfaatkannya sebagai bahan produksi furniture.
“Jadi tidak perlu menebang pohon lagi. Kita olah kembali menghasilkan produk berkor yang memiliki nilai ekspor,” terangnya.
Bahan berkor yang menjadi bahan baku furniture, kemudian ditempel menjadi blobor dan dibuat berbagai macam meja, almari, rak buku, dan lainnya. Awalnya pun, belum mengetahui bagaimana terkait market furniture. Namun Marjuni yakin bahwa produk tersebut pasti laku di pasaran.
“Tinggal bagimana kita menyiasatinya, bersaing dengan competitor dengan harga yang lebih murah dan kualitas tidak kalah,” tutur Marjuni.
Beberapa produk juga telah dipesan oleh sekolah dan warga Muhammadiyah sendiri. SMA Taruna Muhammadiyah Gunungpring menjadi pemesan pertama setelah produk FurnitureMu dikenal. Selain itu juga dimulai oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Magelang Jumari, lalu disusul SMK Muhammadiyah 2 Muntilan, pondok tahfidz dan persona di lingkungan Muhammadiyah.
“Selanjutnya mulai melayani permintaan go keluar kota,” kata Marjuni.
Produk FurnitureMu PRM Keji semakin diminati oleh AUM dan warga Muhammadiyah di Muntilan dan sekitarnya. Berbagai desain variatif dan harga yang cukup murah, FurnitureMu dapat bersaing dengan kompetitornya. Meskipun media promosi masih terbatas dan usia belum ada satu tahun.
“Harapan kedepan, kami sangat optimis akan perkembangan FurnitureMu. Terus berinovasi dan melengkapi peralatan terus berikhtiar untuk maju berkontribusi bagi keuangan PRM Keji. Sehingga asas kemanfaatannya bisa dirasakan dan turut mendorong PRM Keji menuju PRM yang berkemajuan,” pungkas Marjuni.(bal)
MasyaAllah inspiratif sekali,perjuangan dalam membangun usaha dengan cita-cita mulia ternyata tidak gampang ya, sukses selalu dari saya warga Muhammadiyah di Pemalang.