SURYAGEMILANGNEWS.COM, MAGELANG – Berdirinya Busthanul Athfal (BA) Aisyiyah Mranggen 01 sejak tahun 1970 telah memberikan banyak pengabdian dan kemanfaatan bagi masyarakat sekitarnya. Masyarakat setempat mempercayakan putra-putrinya untuk belajar dan bermain di sana. Hingga kini, terhitung telah meluluskan lebih dari 800 alumni.
Saat ini, BA Aisyiyah Mranggen 01 masih tetap eksis membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Memberikan pengajaran dan mengantarkan anak-anak usia dini agar lebih siap melanjutkan ke jenjang sekolah dasar. Prinsip “bermain sambil belajar, belajar seraya bermain” menjadi khas corak pembelajaran di BA tersebut.
Taman kanak-kanak yang dikelilingi oleh rimbunan pohon bambu dan salak itu berada di sudut selatan Dusun Sumbersari, Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung. Sejak berdirinya BA tersebut, sudah berada satu gedung dan diapit oleh kelas MI Ma’arif Mranggen yang berbeda yayasan.
Tergabungnya bangunan antara MI Ma’arif dengan BA Aisyiyah tidak terlepas dari sejarah awal mula perintisan. Kedua sekolah tersebut dibangun di atas tanah wakaf dari salah satu warga yaitu Suwandi Hasanadi Copawiro.
Sebelum memiliki tempat, dulunya pembelajaran baik BA ataupun MI dilakukan di rumah-rumah warga. Hingga dari waktu ke waktu murid semakin bertambah dan mendapatkan antusias dari masyarakat untuk bersama-sama membangun sekolah.
Menurut pengajar pertama BA Aisyiyah Mranggen 01 sekaligus istri almarhum Suwandi yaitu Ris, mengungkapkan bahwa perintisan sekolah bermula ketika ada kursus guru di Kecamatan Srumbung.
Kala itu dirinya belum menikah dengan Suwandi dan bersama-sama berjuang mengumpulkan seluruh anak-anak di Desa Mranggen untuk diberikan pengajaran. Bu Ris mengajar di BA sedangkan Pak Suwandi mengajar di MI.
“Dahulu, adanya kursus guru itu sekitar tahun 1967-1968. Kemudian diangkat menjadi guru negeri itu tahun 1970. Jadi sebelum itu benar-benar perjuangan.
Selain itu didirikan sekolah (BA dan MI) di Desa Mranggen supaya anak-anak di desa tersebut tidak perlu sekolah jauh-jauh ke daerah lain,” ungkap Ris pada Ahad (26/09).
Awalnya nama MI Ma’arif Mranggen adalah MI Islamiyah Mranggen saat Suwandi menjadi kepala sekolah. Setelah berganti kepala sekolah, atas kesepakatan pengurus dan para guru beralih menjadi MI Ma’arif Mranggen. Namun, nama BA Asisyiyah tidak berubah dan tetap menempati ruangan ditengah-tengah kelas MI.
Di masa Kepala BA Aisyiyah Mranggen 01 periode 2002-2009 Chojinatun, sempat mengalami perpindahan ke kelas lain karena keperluan penataan MI Ma’arif. “Kami merasa disini numpang, tidak menjadi masalah jika dipindah-pindah asalkan masih diberikan tempat untuk melaksanakna pembelajaran bagi anak-anak”, tutur Chojinatun.
Sejak pertama berdiri tahun 1970 dipegang oleh Ris hingga Chojinatun, ada 7 guru yang pernah memegang BA Aisyiyah Mranggen 01. Diantaranya adalah Mariyati, Saminah, Jumini, Lasinem, Perti, Tukinem, dan Mariyah. Setelah Chojinatun, ditahun 2009-2018 di pegang oleh Titin Setiawati kemudian dari tahun 2018 sampai sekarang dipegang olah Fifin Rahmawati.
Setelah perpindahan terakhir tahun 2017, gedung BA menempati posisi di ujung selatan MI. Ruang kelas dan fasilitas semakin bertambah, bekas panggung yang dulunya digunakan oleh MI kini ditempati menjadi ruang belajar anak-anak BA. Namun, dua ruangan yang digunakan itu masih berstatus meminjam.
Di masa Fifin, upaya menambah lahan untuk fasilitas bermain diupayakan. Tahun 2020 BA Aisyiyah Mranggen 01 membeli tanah berbentuk segitiga di samping bangunan. Namun lahan tersebut masih kurang pantas karena bentuknya segitiga yang ujung lainya terkesan sempit.
Atas kebaikan Kadus Sumbersari, kemudian mewakafkan tanah disebelahnya sehingga membentuk persegi panjang yang lurus. Maka, setelah itu tempat bermain BA Aisyiyah Mranggen 01 terlihat luwes.
Saat ini BA Aisyiyah Mranggen 01 memiliki 2 ruang belajar dan 1 tempat bermain yang tahun lalu baru saja dibangun. Upaya penambahan lahan dan fasilitas tidak lain untuk kepentingan BA itu sendiri. Yaitu dalam rangka akreditasi sekolah pada pertengahan Agustus lalu.
Sehingga posisi tanah menjadi berpengaruh terhadap penilaian akreditasi. Sedangkan bangunan ruang kelas satunya yang ditempati masih berstatus meminjam MI Ma’arif Mranggen. Sebelumnya juga sudah melakukan akreditasi di tahun 2002 dan 2007.
Perjuangan Fifin bersama dua guru lainnya dalam mengajar dan mengembangkan BA Aisyiyah Mranggen 01 tidak sia-sia, sekolah ini tetap eksis hingga kini, meskipun jumlah peserta didik naik turun. Pernah mencapai sebanyak 30-an anak, saat ini ada 20 peserta didik yang belajar di BA tersebut.
Dengan visi membangun generasi yang bertaqwa, cerdas, mandiri, dan berakhlak mulia, Ba Aisyiyah Mranggen memiliki program unggulan. Diantaranya pembelajaran di luar kelas mengenal lingkungan. Ada pula permainan tradisional seperti engkling, dakon, dan jaranan. Selain itu terdapat kegiatan ekstra drum band dan menari.
Meskipun berdampingan dengan MI Ma’arif yang berbeda yayasan, namun tetap bersinergi, membantu, dan saling bekerja sama.
“Awalnya saya berfikir, apakah bisa berdampingan dengan yang beda yayasan? Namun selama berada disini pembelajaran lancar dan saling membantu, dalam akreditasi pun kita pinjam alat dan pihak MI tidak mempermasalahkan perbedaan tersebut, tetap harmonis, solid. Bahkan kami staf pendidik bertiga, dibantu dengan komite dan Ranting Aisyiyah Mranggen, pengurus MI Ma’arif juga masih dimasukkan. Ada kalanya melaksanakan kegiatan secara bersama-sama, sehingga kekeluargaannya tetap terjaga,” pungkas Fifin yang saat ini menjabat sebagai Kepala BA Aisyiyah Mranggen 01.(bal)